Rabu, 03 Juli 2019

Intensitas Kebutuhan Kita

Seorang Guru, di depan siswanya memulai materi pelajaran dengan menaruh toples yang bening dan besar di atas meja.


Lalu sang guru mengisinya dengan bola tenis hingga tidak muat lagi.
Beliau bertanya: "Sudah penuh?"
Siswa menjawab: "Sudah penuh".

Ooooo tunggu... Lalu sang guru mengeluarkan kelereng dari kotaknya memasukkannya ke dalam toples tadi.
Kelereng mengisi sela-sela bola tenis hingga tidak muat lagi.
Beliau bertanya: "Sudah penuh?"
Siswapun menjawab: "Sudah penuh".

Kemudian sang guru mengeluarkan pasir pantai dan memasukkan nya ke dalam toples yang sama.
Pasir pun mengisi sela-sela bola dan kelereng hingga tidak bisa muat lagi.
Semua sepakat kalau toples sudah penuh dan tidak ada yang bisa dimasukkan lagi ke dalamnya.

Tetapi, terakhir sang guru menuangkan secangkir air kopi ke dalam toples yg sudah penuh dengan bola, kelereng dan pasir itu.

Sang Guru kemudian menjelaskan bahwa: "Hidup kita kapasitasnya terbatas seperti toples. Masing-masing dari kita berbeda ukuran toplesnya."

Bola tenis adalah hal-hal besar dlm hidup kita, yakni tanggung-jawab terhadap Allah, orang tua, istri/suami, anak-anak, serta sandang, pangan, papan dan kesehatan.

Kelereng adalah hal-hal yg penting, seperti pekerjaan, kendaraan, sekolah anak, gelar sarjana, dll.

Pasir adalah yang lain-lain dalam hidup kita, seperti olah raga, rekreasi, Facebook, WA, dll.

Jika kita isi hidup kita dengan mendahulukan pasir hingga penuh, maka kelereng dan bola tennis tdk akan bisa masuk. Berarti, hidup kita hanya berisikan hal-hal kecil. Hidup kita habis dengan rekreasi dan hobby, sementara Allah dan keluarga terabaikan.
Naudzubillah mindzalik.

Jika kita isi dgn mendahulukan bola tenis, lalu kelereng dan seterusnya seperti tadi, maka hidup kita akan lengkap, berisikan mulai dari hal-hal yang besar dan penting hingga hal-hal yang menjadi pelengkap.

Karenanya, kita harus mampu mengelola hidup secara cerdas dan bijak. Tahu menempatkan mana yang prioritas dan mana yg menjadi pelengkap.
Jika tidak, maka hidup bukan saja tidak lengkap, bahkan bisa tidak berarti sama sekali".

Lalu sang guru bertanya: "Adakah di antara kalian yang mau bertanya?"
Semua siswa terdiam, karena sangat mengerti apa inti pesan dalam pelajaran tadi.
Namun, tiba-tiba seseorang nyeletuk bertanya: "Apa arti secangkir air kopi yg dituangkan tadi...?"

Sang guru menjawab sebagai penutup: "Sepenuh dan sesibuk apa pun hidup kita, jangan lupa masih bisa disempurnakan dengan bersilaturahim sambil "minum kopi"... dengan tetangga, teman, kerabat, sahabat yang hebat. Dan jangan lupa sahabat lama".

Saling bertegur sapa, saling senyum bila berpapasan, tidak saling mencurigai, tidak saling suudzon, tidak saling ghibah apalagi fitnah, tidak saling menyakiti, tidak saling menjatuhkan demi jabatan... tetapi saling mengingatkan dlm kebaikan dan taqwa, siapa tahu nanti teman kita itu yang akan mengangkat kita dari neraka dengan izin Allah... Betapa indahnya hidup ini.

Tidak ada komentar:

POSTINGAN UNGGULAN

Perbedaan Zakat dan Pajak Versi Si Fulan

Guru Bertanya Kepada Muridnya ... "Apa Bedanya ZAKAT dengan PAJAK ?". Murid menjawab dgn bijak : " Zakat adalah H...