Jumat, 04 September 2015

Resign Yang Benar


By Jamil Azzaini

Banyak orang yang resign secara emosional. Gara-gara ikut seminar atau pelatihan bisnis langsung nekat mengajukan surat pengunduran diri. Atau gara-gara berbeda pendapat dengan teman-teman dan atasannya, ia merasa tak nyaman dan kemudian resign. Ia emosional, lari dari masalah dan tak punya nyali untuk berbeda pendapat.

Yang lebih parah, passion sering menjadi kambing hitam. Diberi pekerjaan yang menantang untuk naik kelas dan dia harus bersusah payah belajar hal yang baru namun kemudian merasa bukan passion. Sebenarnya, ini namanya pemalas. Atau jenuh karena rutinitas dan tak mampu mengelola waktu dengan baik kemudian ia mengatakan "menjadi karyawan/pegawai bukanlah passion saya."
Resign bukan asal resign. Resign itu perlu strategi dan perencanaan yang benar. Salah satu pelaku resign yang benar menurut saya adalah bapak Isto Suwarno. Sarjana teknik yang pernah bekerja di sebuah BUMN ini, kini menjadi ahli kelengkeng. Sebelum resign, pak Isto sudah punya bisnis ini dengan pasar di seluruh Indonesia.
Ketika itu, ia mengamati banyak pensiunan yang hidupnya merana saat tua. Ia tak mau hal itu menimpa dirinya. Ia memutuskan harus punya bisnis. Dan kemudian ia mempelajari bisnis kelengkeng, termasuk rela berguru ke Thailand. Di sela-sela kesibukannya sebagai pegawai ia terus belajar bisnis ini dan mempraktekkannya. Setelah ia kuasai teknik budidaya dan pasarnya, ia kemudian mengajukan pensiun dini kepada pimpinannya.
Awalnya, pengajuannya ditolak karena sang pimpinan khawatir dengan kehidupan pak Isto yang selama ini sudah nyaman. Namun pak Isto bisa meyakinkan sang pimpinan, bahkan pimpinannya terkejut atas perkembangan bisnis yang dimiliki pak Isto saat sang pimpinannya berkunjung ke lokasi bisnisnya. Ternyata, berbisnis itu hasinya lebih tinggi dari penghasilan direktur BUMN sekalipun.
Berbekal ketekunan, relasi dan pengalaman pak Isto saat bekerja di BUMN, serta kepasrahannya kepada Sang Maha. Bisnis pak Isto terus berkibar. Bahkan kini ia mengembangkan varietas baru Itoh Super di kebun kelengkengnya di Magelang.
Rumahnya yang berdekatan dengan candi Prambanan di Jogja pun dikelilingi oleh pohon kelengkeng. Ia pun terus mengembangkan produk-produk pendukung yang bisa meningkatkan produktifitas kelengkeng. Tanaman kelengkeng lokal yang semula tak berbuah bisa kemudian berbuah sangat lebat dengan sentuhan tangan pak Isto. Bukan hanya itu, ia pun bisa mengatur panen setiap pohon kelengkeng.
Pak Isto sudah melakukan resign dengan benar. Kini ia menikmati masa pensiun dininya dengan berbisnis kelengkeng. Perasaan bahagia muncul bila kelengkeng berbuah lebat dan sesuai harapan. Begitu pula kebahagiaan membuncah saat ada orang yang pernah membeli bibitnya mengabarkan bahwa kelengkengnya berbuah dengan lebat. Benar-benar menjadi hiburan alami bagi pak Isto. Hiburan yang menghasilkan ratusan juta setiap bulannya. Asyik bukan?
Salam SuksesMulia

Tidak ada komentar:

POSTINGAN UNGGULAN

Perbedaan Zakat dan Pajak Versi Si Fulan

Guru Bertanya Kepada Muridnya ... "Apa Bedanya ZAKAT dengan PAJAK ?". Murid menjawab dgn bijak : " Zakat adalah H...