Minggu, 07 Desember 2025

KARAKTER DAN MORAL MURID SEMAKIN MEMUDAR

Di ruang kelas yang semestinya menjadi tempat tumbuhnya nilai, adab, dan ilmu, sering kali guru menemukan kenyataan yang tak selalu manis. Etika murid yang perlahan memudar seperti warna kain yang terus disiram matahari. Tidak selalu tampak jelas di awal, namun seiring waktu, perubahan sikap itu terasa sampai ke hati seorang guru.

Bukan hanya soal sopan santun yang berkurang, melainkan juga rasa hormat, tanggung jawab, serta kesadaran akan pentingnya belajar. Hal-hal kecil yang dulu dianggap wajar kini mulai jarang terlihat—mengucap salam ketika masuk kelas, mendengarkan saat guru berbicara, mengerjakan tugas tepat waktu tanpa harus diingatkan berkali-kali, atau sekadar berkata “maaf” ketika salah.

📍Mengapa Hal Ini Membuat Guru Sedih?

Karena bagi seorang guru, mengajar bukan sekadar menyampaikan materi, lalu selesai. Ada harapan besar dalam setiap tatapan, doa yang tak terdengar dalam setiap langkah menuju kelas, serta cinta yang tidak selalu terlihat dalam ketegasan mereka. 

Ketika etika murid mulai menurun, guru merasa seolah nilai-nilai yang ditanamkan perlahan hilang sebelum sempat tumbuh sempurna.

Guru sedih bukan karena merasa tidak dihargai, tetapi karena khawatir masa depan anak-anak itu kehilangan fondasi yang paling penting. Ilmu tanpa etika ibarat rumah tanpa pondasi—tinggi, namun mudah runtuh.

📍Tantangan Zaman yang Tidak Bisa Diabaikan

Perubahan zaman membawa banyak hal: teknologi, kebebasan berpendapat, akses informasi yang luas. Semua itu baik, tetapi juga menantang. Anak-anak lebih mudah terpancing emosi, lebih nyaman berbicara melalui gawai daripada tatap muka, dan terkadang lupa bahwa hormat bukanlah pilihan, melainkan kebutuhan dalam kehidupan sosial.

Namun, menyalahkan zaman saja tidak cukup. Perubahan hanya bisa terjadi jika semua pihak bergerak—guru, murid, dan orang tua—bersama kembali merawat nilai-nilai kesantunan.

📍Harapan Guru Sesederhana Ini…

Seorang guru tidak menuntut murid selalu sempurna. Yang diinginkan hanyalah sikap yang mencerminkan budi pekerti:

✓Menghargai saat orang berbicara
✓Menjawab dengan sopan, meski memiliki pendapat berbeda
✓Bertanggung jawab atas tugas dan perilaku sendiri
✓Mengucap terima kasih untuk hal sekecil apa pun

Karena etika bukan hanya tentang kata "sopan", tetapi tentang bagaimana seseorang menempatkan diri, menghormati sesama, dan menjaga hubungan manusia dengan hati.

---

Etika murid yang memudar bukan sekadar persoalan sekolah—ini tanda bahwa kita perlu kembali menanam nilai sejak dini. Guru mungkin merasa sedih, tetapi kesedihan itu lahir dari cinta yang besar terhadap generasi yang sedang dibimbingnya.

Masih ada waktu untuk memperbaiki. Masih ada ruang untuk berubah. Dan selama harapan itu tidak padam, guru akan terus bertahan, melangkah ke kelas dengan doa yang sama:

Semoga hari ini, satu nilai kebaikan tumbuh lagi di hati seorang murid. Aamiin.


Jumat, 05 Desember 2025

True Story yg ispirative: Kerinduan Seorang Ayah Berujung Di Pengadilan


Pagi itu Pengadilan Negeri Semarang dipenuhi hiruk-pikuk seperti biasa. Di antara kerumunan orang yg menunggu giliran, tampak seorang lelaki tua berambut putih mengenakan surjan dan blangkon lusuh. Tangannya yg keriput menggenggam erat selembar surat pengaduan. Matanya yang sayu sesekali menatap kosong ke arah pintu ruang sidang.
_"Bapak Sastro Wijoyo?"_ panggil petugas pengadilan.
Lelaki tua itu mengangguk pelan, lalu berjalan tertatih masuk ke ruang sidang. Hakim Ketua, Pak Bambang Suryanto, memperhatikannya dengan seksama. Di sampingnya duduk dua hakim anggota yang juga tampak penasaran.
_"Silakan duduk, Pak. Bapak mengajukan gugatan, ya? Terhadap siapa?"_ tanya Pak Bambang sambil membuka berkas.
_"Maaf, Pak Hakim. Saya menggugat anak saya sendiri. Namanya Arya Satria Wijoyo,"_ jawab Pak Sastro pelan, hampir berbisik.
Pak Bambang mengangkat alisnya, melirik sebentar ke arah rekan-rekannya yang juga tampak terkejut. Suasana ruang sidang mendadak hening.
_"Baik, Pak Sastro. Bisa dijelaskan, apa tuntutan Bapak?"_
Pak Sastro menarik napas panjang. _"Sederhana saja, Pak. Saya minta anak saya memberi nafkah bulanan sesuai kemampuannya."_
_"Oh, itu hak Bapak, kok. Secara hukum dan agama, anak wajib memberi nafkah kepada orang tua. Tidak perlu diperdebatkan lagi,"_ ujar Pak Bambang mantap.
_"Tapi, Pak Hakim..."_ Pak Sastro mengusap wajahnya yang tampak lelah. _"Saya sebenarnya mampu. Punya tanah warisan, punya rumah, tabungan juga ada. Saya tidak butuh uang."_
Ruangan kembali sunyi. Pak Bambang dan kedua hakim anggota saling berpandangan bingung.
_"Lalu maksud Bapak apa?"_ tanya Pak Bambang, kali ini dengan nada lebih lembut.
_"Saya cuma mau minta uang jajan dari anak saya, Pak. Berapa pun, terserah dia. Yang penting... ada."_
Pak Bambang tercenung. Ada sesuatu yang tidak biasa dari kasus ini. _"Baiklah. Kami akan memanggil anak Bapak. Tolong sebutkan alamatnya."_

Beberapa hari kemudian, sidang kedua digelar. Kali ini Arya Satria hadir—pria berusia empat puluhan, mengenakan kemeja batik lengan panjang dan celana bahan rapi. Wajahnya tampak tegang, bingung bercampur malu. Di sampingnya, Pak Sastro duduk dengan tatapan yang sulit diartikan.
_"Saudara Arya Satria Wijoyo?"_ Pak Bambang membuka sidang.
_"Benar, Pak Hakim."_
_"Apakah Bapak Sastro ini ayah Saudara?"_
_"Iya, Pak. Beliau bapak saya,"_ jawab Arya sambil menunduk.
_"Bapak Saudara mengajukan gugatan, meminta nafkah bulanan dari Saudara. Apa tanggapan Saudara?"_
Arya mengangkat wajahnya, menatap ayahnya sebentar, lalu kembali ke hakim. _"Pak Hakim, saya bingung. Bapak punya uang. Rumahnya besar, di Jalan Pandanaran. Punya sawah di Ungaran, beberapa kios di Johar juga. Kenapa tiba-tiba minta nafkah dari saya?"_
Pak Bambang menoleh ke Pak Sastro. _"Bagaimana, Pak?"_
_"Memang begitu, Pak Hakim. Tapi ini hak saya sebagai bapak, kan? Dan saya cuma minta sedikit,"_ ujar Pak Sastro tenang.
 _"Berapa yang Bapak minta?"_
_"Lima puluh ribu sebulan, Pak. Cukup."_
Seluruh ruangan terhenyak. Lima puluh ribu? Jumlah yang bahkan tidak cukup untuk makan sehari di kota seperti Semarang.
Arya geleng-geleng kepala. _"Pak Hakim, ini aneh. Lima puluh ribu itu... bahkan untuk ongkos ojek saja kurang."_
_"Tapi itulah maunya saya,"_ sergah Pak Sastro dengan suara yang mulai bergetar. _"Dan saya minta diserahkan langsung. Dari tangan kamu ke tangan saya. Tiap bulan. Tanpa perantara."_
Pak Bambang mulai memahami sesuatu. Tatapannya melembut.
_"Baiklah. Majelis hakim telah mendengar keterangan dari kedua pihak."_ Ia mengetuk palu pelan. _"Kami memutuskan: tergugat, Arya Satria Wijoyo, wajib memberikan nafkah bulanan kepada ayahnya, Sastro Wijoyo, sebesar lima puluh ribu rupiah, diserahkan langsung dari tangan ke tangan, setiap tanggal lima, seumur hidup ayahnya. Sidang ditutup."_
Arya terdiam. Pak Sastro mengangguk pelan, tangannya gemetar saat menerima salinan putusan.
Sebelum mereka berdiri, Pak Bambang mengangkat tangan. _"Tunggu dulu. Pak Sastro, boleh saya bertanya sesuatu?"_
Pak Sastro menoleh.
_"Kenapa Bapak sampai segini, Pak? Kenapa minta jumlah sekecil itu padahal Bapak tidak butuh?"_
Hening sesaat. Pak Sastro menarik napas panjang. Air matanya mulai membasahi pipi keriputnya.
_"Pak Hakim..."_ suaranya bergetar. _"Saya kangen sama anak saya. Sudah setahun lebih, kami tidak ketemu. Dia sibuk kerja, katanya. Telepon pun jarang. Padahal rumah kami cuma beda kelurahan. Saya tidak marah, Pak. Tapi hati saya sakit. Saya sudah tua. Entah berapa lama lagi saya bisa lihat wajahnya."_
Ruangan seperti kehilangan udara.
_"Saya tidak butuh uangnya, Pak Hakim. Saya cuma butuh dia datang. Walau cuma sebulan sekali. Walau cuma lima menit ngobrol di teras sambil serahkan uang lima puluh ribu itu... sudah cukup buat saya. Sudah cukup untuk bikin saya bahagia sampai bulan depan."_
Arya membeku. Wajahnya pucat. Tangannya mengepal di pangkuan.
Pak Bambang mengusap matanya. Kedua hakim anggota menunduk dalam-dalam. Beberapa orang di ruang sidang terisak pelan.
_"Ya Allah, Pak Sastro..."_ Pak Bambang menggeleng. _"Kalau dari awal Bapak bilang begini, saya akan hukum anak Bapak lebih berat. Saya akan masukkan penjara kalau perlu."_
Pak Sastro tersenyum tipis, meski air matanya terus mengalir. _"Tidak usah, Pak Hakim. Saya tidak mau sakiti hati anak saya. Keputusan ini saja sudah cukup. Saya cuma mau dia ingat... bahwa bapaknya masih hidup. Masih menunggu."_
Arya akhirnya menangis. Ia bangkit, berlutut di depan ayahnya, memeluk kaki tua yang sudah mulai lemah itu.
_"Maafkan saya, Pak. Maafkan Arya..."_
Pak Sastro mengelus kepala anaknya dengan tangan yang gemetar. _"Kamu tidak salah, Le. Bapak cuma kangen."_
Pak Bambang menutup berkasnya pelan, lalu berbisik kepada hakim anggota di sebelahnya. _"Semoga anak-anak kita tidak menunggu sampai ada putusan pengadilan untuk ingat orang tua mereka."_
Ruang sidang itu pagi itu dipenuhi isak tangis—bukan karena keadilan yang ditegakkan, tapi karena kerinduan yang terluka.
Sahabat Kisah,
*_Kadang, yang paling mahal bukan uang. Tapi waktu. Dan kadang, yang paling sakit bukan kemiskinan. Tapi dilupakan oleh orang yang kita cintai._*

Sabtu, 29 November 2025

Orang Tua Sering Salah: Anak Tak Butuh Banyak Nasihat.Tapi CONTOH


Apakah benar anak menjadi baik karena sering dinasihati? Atau justru karena mereka melihat teladan yang konsisten? Pertanyaan ini mengguncang banyak keyakinan lama tentang cara mendidik. Orang tua sering merasa tugasnya adalah menasihati, menegur, dan memberi arahan, padahal anak belajar jauh lebih banyak dari apa yang dilihat ketimbang apa yang didengar. Dalam dunia pendidikan modern, ini disebut *modeling effect*, sebuah prinsip yang menunjukkan bahwa perilaku anak adalah cermin dari kebiasaan orang tua.

Orang Tua dan Guru: Harus Memahami Mesin Kecerdasan Anak

Kalimat itu menampar keras banyak orang tua dan guru yang frustrasi dengan anak-anak muda hari ini. Tapi mari jujur: apakah benar mereka yang berubah, atau kita yang berhenti belajar? Fakta menariknya, riset Harvard University tahun 2022 menemukan bahwa gaya pengasuhan otoriter justru memperburuk kemampuan komunikasi dan empati anak modern, karena tidak selaras dengan cara berpikir digital-native yang tumbuh dalam kebebasan berekspresi. Maka pertanyaannya: apakah benar mereka “susah diatur”, atau hanya tak lagi cocok diatur dengan pola lama?

Minggu, 23 November 2025

MELATIH OTAK

Ada yang menarik dari otak manusia: ia bisa berpikir jernih, tapi juga mudah terbakar oleh emosi. Semakin tinggi sensitivitas tanpa diimbangi kesadaran, semakin rapuh kemampuan berpikir. Dalam riset yang dilakukan oleh Daniel Goleman, pakar emotional intelligence dari Harvard, ditemukan bahwa 80% keberhasilan seseorang ditentukan bukan oleh IQ, tetapi oleh kemampuan mengelola emosi. Artinya, seberapa kuat otakmu bukan diukur dari hafalan dan logika, tapi dari seberapa stabil kamu saat dunia menekanmu dari segala arah.

Selasa, 04 November 2025

Profil Guru Intuiting SMA Negeri 7 Wajo: Guru dan Jurnalis Edukasi

Di tengah perkembangan zaman yang serba digital, lahirlah sosok inspiratif dari SMA Negeri 7 Wajo yang tak hanya berperan sebagai pendidik, tetapi juga sebagai jurnalis edukasi. Ia adalah seorang guru yang memadukan dua dunia—pendidikan dan jurnalistik—dalam satu semangat: mendidik dengan karya dan menginspirasi lewat informasi.

Sebagai guru ekonomi, ia dikenal dekat dengan siswa, kreatif dalam mengajar, dan senantiasa mengaitkan teori dengan realitas kehidupan. Baginya, pembelajaran bukan sekadar ruang kelas, tetapi juga ruang kehidupan yang menuntut kepekaan, kolaborasi, dan semangat berkarya. Melalui pendekatan deep learning, ia membimbing siswa untuk berpikir kritis, memahami konsep, serta mampu menerapkannya dalam konteks nyata.

Di sisi lain, sebagai jurnalis edukasi, ia aktif menulis berita, liputan, dan narasi positif seputar kegiatan sekolah, dunia pendidikan, serta isu-isu literasi digital. Setiap tulisan dan liputan yang dihasilkannya menjadi cerminan semangat untuk menebarkan nilai-nilai pendidikan yang mencerahkan. Ia percaya bahwa jurnalisme bukan sekadar menyampaikan fakta, tetapi juga menjadi alat edukasi yang menumbuhkan kesadaran dan apresiasi terhadap dunia belajar.

Melalui kamera dan pena, ia mendokumentasikan perjalanan SMA Negeri 7 Wajo—mulai dari kegiatan siswa, prestasi guru, hingga berbagai inovasi sekolah. Karya-karyanya di bidang jurnalistik pendidikan menjadi bagian dari upaya membangun citra positif sekolah serta memperkuat budaya literasi di kalangan guru dan pelajar.

Dengan semangat “Guru Smanet Sukses Mulia”, ia terus berkomitmen menjadi pendidik yang adaptif, kreatif, dan inspiratif. Sosok ini menunjukkan bahwa seorang guru bukan hanya pengajar, tetapi juga penggerak perubahan—yang menulis, merekam, dan menebar kebaikan lewat karya edukatif.

Rabu, 29 Oktober 2025

contoh Soal Esai Dengan Pebdekatan Deep Learning Ekonomi Kelas X semester ganjil

 


Materi: Permintaan, Penawaran, dan Harga Keseimbangan

A. Level Pemahaman dan Analisis

1. Jelaskan dengan kata-katamu sendiri apa yang dimaksud dengan hukum permintaan dan berikan contoh nyata di lingkungan sekitarmu.

2. Mengapa kurva permintaan selalu menurun dari kiri atas ke kanan bawah? Kaitkan jawabanmu dengan perilaku konsumen.

3. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang memengaruhi tingkat permintaan suatu barang!

4. Jelaskan hubungan antara harga barang dan jumlah barang yang diminta dengan menggunakan contoh situasi di pasar sekolahmu.

5. Bagaimana pengaruh kenaikan harga BBM terhadap permintaan barang-barang lain di masyarakat? Jelaskan berdasarkan konsep ekonomi!

B. Level Aplikasi dan Penalaran

6. Gambarkan secara sederhana hubungan antara permintaan dan penawaran terhadap terbentuknya harga keseimbangan.

7. Jelaskan langkah-langkah bagaimana harga keseimbangan terbentuk di pasar!

8. Berikan contoh kasus di mana terjadi kelebihan permintaan (excess demand) dan jelaskan dampaknya terhadap harga barang.

9. Sebaliknya, berikan contoh situasi di mana terjadi kelebihan penawaran (excess supply) dan bagaimana cara pasar menyeimbangkannya kembali.

10.Jika harga suatu barang ditetapkan lebih tinggi dari harga keseimbangan oleh pemerintah, apa akibatnya bagi penjual dan pembeli?

C. Level Evaluasi dan Refleksi

11. Analisislah bagaimana teknologi digital (seperti marketplace online) dapat memengaruhi pola permintaan dan penawaran di masyarakat modern.

12. Menurut pendapatmu, apakah harga keseimbangan selalu adil bagi semua pihak (produsen dan konsumen)? Jelaskan alasannya.

13. Bagaimana cara pemerintah menjaga agar harga barang pokok tetap stabil di tengah fluktuasi permintaan dan penawaran?

14.Berikan penilaianmu terhadap dampak psikologis konsumen dalam menentukan keputusan membeli suatu barang.

15ika kamu menjadi pedagang, strategi apa yang akan kamu lakukan ketika harga pasar berada di bawah harga keseimbangan?

D. Level Kreasi dan Inovasi

16. Rancanglah simulasi sederhana (misalnya di kelas) untuk memperagakan proses terbentuknya harga keseimbangan antara penjual dan pembeli.

17. Ciptakan contoh iklan kreatif yang dapat memengaruhi permintaan terhadap produk tertentu, lalu jelaskan alasannya dari sisi ekonomi.

18. Buatlah tabel data hipotetik tentang permintaan dan penawaran suatu produk, lalu tentukan harga keseimbangannya secara manual.

19. Kembangkan solusi inovatif berbasis digital untuk membantu petani menentukan harga keseimbangan hasil panennya agar tidak merugi.

20. Refleksikan: apa makna “harga keseimbangan” bagi kehidupan ekonomi masyarakat dan bagaimana kamu dapat menerapkannya dalam pengambilan keputusan pribadi?


HIMBAUAN UNTUK MENULIS HALUS


 

Senin, 27 Oktober 2025

Kamis, 23 Oktober 2025

Pertemuan Siswa SMA 7 Wajo dengan Guru Wali Smanet 06

Pertemuan pendampingan antara siswa wali dan guru wali kelas Smanet 06 yang dibimbing oleh Bapak Nurdin M, S.Pd dilaksanakan dalam suasana penuh keakraban dan keterbukaan. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat komunikasi antara guru wali dengan peserta didik serta memberikan pendampingan dalam aspek akademik, kedisiplinan, dan pengembangan karakter.

Dalam pertemuan tersebut, Bapak Nurdin memberikan arahan tentang pentingnya menjaga semangat belajar, ke



disiplinan hadir di sekolah, serta etika pergaulan di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Selain itu, siswa juga diberi kesempatan untuk menyampaikan kendala yang mereka hadapi, baik dalam pembelajaran maupun dalam hubungan sosial di sekolah.

Guru wali menegaskan bahwa setiap siswa memiliki potensi unik yang perlu dikembangkan melalui bimbingan dan kerja sama yang baik antara guru dan siswa. Pertemuan diakhiri dengan motivasi agar seluruh siswa tetap semangat, menjaga nama baik kelas dan sekolah, serta terus berusaha menjadi pribadi yang beriman, berilmu, dan berbudaya sesuai dengan visi SMA Negeri 7 Wajo

Kesempatan pertemuan itu disepakati pemilihan pengurus  "SMANET 06" SMA 7 Wajo

Ketua         :  Danang Prasetyo Prasetyo W  (XI Khusus)

Sekretaris  :  Aqila Bilqis Emilisqi F  (XI Khusus)

Bendahara :  Andi Faqikh Ahgi Rahman



Minggu, 05 Oktober 2025

Sekolah Hebat Lahir dari Kerjasama Guru, Murid, dan Orangtua


Sekolah yang hebat tidak hanya ditentukan oleh kurikulum atau fasilitas.  
Sekolah hebat lahir ketika guru, murid, dan orangtua bekerja sama, saling mendukung, dan berjalan dengan tujuan yang sama.  

Guru mendidik dengan hati, murid belajar dengan semangat, dan orangtua memberi dukungan penuh.  
Jika ketiganya bersinergi, maka tercipta sekolah yang benar-benar luar biasa. 

PONPES AS'ADIYAH Lahir dari AG.KH.AS'AD

Namanya diabadikan dan kini Pondok Pesantren As'adiyah berkembang pesat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara alumninya sudah  menjadi Menteri Agama Republik Ingonesia.Anre Gurutta (AG) H. M. As’ad. (Dalam masyarakat Bugis dahulu beliau digelar Anre Gurutta Puang Aji Sade’). Beliau merupakan Mahaguru dari Gurutta Ambo Dalle (1900 – 1996), adalah putra Bugis, yang lahir di Mekkah pada hari Senin 12 Rabi’ul Akhir 1326 H/1907 M dari pasangan Syekh H. Abd. Rasyid, seorang ulama asal Bugis yang bermukim di Makkah al-Mukarramah, dengan Hj. St. Saleha binti H. Abd. Rahman yang bergelar Guru Terru al-Bugisiy.

Selasa, 16 September 2025

Maulid Nabi sebagai Inspirasi Integritas Moral: Perspektif Pendidikan


           MALE KOPERASI SISWA

Krisis integritas di dunia pendidikan menjadi salah satu tantangan besar pada era modern sekarang ini.

Kasus-kasus manipulasi, korupsi, plagiarisme, hingga praktik tidak jujur dalam ujian menunjukkan adanya pelemahan nilai moral di kalangan pelajar, pendidik maupun lainnya.

Kondisi ini memperlihatkan bahwa pendidikan yang hanya berfokus pada aspek kognitif tidak cukup untuk membangun generasi yang berkarakter. 

Jumat, 08 Agustus 2025

“TARO ADA TARO GAU”

 



OSIS bukan hanya organisasi formal, tetapi juga sarana bagi siswa untuk belajar berorganisasi, bekerja sama, dan bertanggung jawab

Sabtu, 02 Agustus 2025

KILAS BALIK ALUMNI SMA NEGERI 5 MAKASSAR ANGKATAN 1989


Tiga dekade lebih telah berlalu sejak para siswa angkatan 1989 menamatkan pendidikannya di SMA Negeri 5 Makassar. Masa putih abu-abu yang penuh warna menjadi kenangan abadi yang selalu hidup dalam ingatan. Di sinilah, di lingkungan sekolah yang penuh semangat dan disiplin, benih-benih mimpi dan cita-cita mulai tumbuh.

Senin, 28 Juli 2025

TELADANI EMPAT MARAKTER ISTIMEWA SAHABAT RASULULLAH

 

Oleh: Drs.H. Jufri Nur, M.Pd

Fake-fake ugi. Biasalah di mamasyakat bugis apabila ingin merantau, atau menuntut imu di negeri orang. Sebelum berangkat biasa pergi dulu ”berguru”ke orang-orang tua untuk diberi bekal supaya bisa berhasil di rantau. Salah satunya adalah aplikasi empat sifat sempurna dari sahabat Rasulullah,  sulafa eppa. Abu Bakkareng (Bakar) tettong rioloku, Ummareng (Umar) tettong rimonrikku, Ali tettong riabioku, Usman tettong riataukku. Nasalipuri nurung Muhammad barakka lailaha illallah. Pakai nak. Modala bokong tammawari.

BUGIS MAKASSAR BEDA

 

Oleh:  Jufri Nur

Sering kita lihat penulisan kata serangkai Bugis-Makassar seakan-akan Bugis sama dengan Makassar padahal dua suku ini berbeda jauh. Perbedaan paling menonjol adalah  pada penggunaan Bahasa daerah. Suku Bugis dengan Bahasa Bugisnya dan suku Makassar dengan Bahasa Makassarnya. Ketika penutur asli Bugis berbicara menggunakan  Bahasa Bugis yang tidak mengerti Bahasa Indonesia akan mengalami kesulitan jika lawan bicaranya orang Makassar yang juga tidak mengerti Bahasa Indonesia. Jadi penulisan Bugis Makassar adalah biasa asal jangan diasosiakan Bugis sama Makassar. Yang memiliki pemahaman yang sering keliru adalah orang dari luar Sulawesi Selatan. kita lihat ditelevisi sang pemandu ingin melihat acaranya glamor, meriah, dan bersahabat biasa menyapa dengan menggunakan kata “Apa kareba” ditujukan komunitas  masyarakat Bugis. Tentu ini tepat karena kata “apa” bagi masyarakat Bugis tidak dikenal, yang benar “Aga kareba   Pemandunya ingin kelihatan akrab tapi keliru.

SIPAKATAU, SIPAKAINGE DAN SIPAKALEBBI ADALAH CARA ORANG BUGIS SALING MEMULIAKAN

 

Oleh:  Jufri Nur

Di Sulawesi Selatan,  terdapat banyak suku dan memiliki budaya masing-masing. Ada suku Makassar yang mendiami Kota Makassar, Gowa, Takalar, Jeneponto  sebagian Pangkep, sebagian Maros. Suku Mandar yang mendiami Polman, Polewali, dan Mamasa (sekarang masuk wilayah Sulawesi Barat). Suku Toraja yang mendiami Tanatoraja. Suku Bugis yang mendiami  Kabupaten Bone, Sinjai, Wajo, Sidrap, Pinrang, Pare-pare dan Maros.

Budaya Bugis “sipakatau, sipakainge dan sipakalebbi”, merupakan budaya yang menjadi ciri khas paling menonjol, dan diterapkan di dalam kehidupan  masyarakat Bugis. Ciri khas yang kedua suku Bugis kental dengan Bahasa Bugisnya, Bahasa Bugis menjadi salah satu pembeda dengan suku-suku lainnya.

ABIOGRAFI NURDIN

ABIOGRAFI NURDIN
Klik Aja!

POSTINGAN UNGGULAN

"Quotes of the day" Pembina SMA 7 Wajo