Senin, 30 April 2012

INSAN BERKARAKTER HARAPAN KEHIDUPAN BANGSA

SAMSUL BAHRI
Oleh:
Syamsul Bahri, S. Pd.

 Ketua PGSI Kab. Wajo




Hidup dan kehidupan ini adalah suatu kepastian berdasarkan realita kehidupan sejak turunnya Nabi Adam As. bersama isterinya Hawa ke dunia sampai akhir kehidupan nanti (kiamat). Tetapi masalah kiamat, kita manusia tidak ada kemampuan untuk mengetahuinya apalagi ingin memastikannya. Oleh karena itu, tugas sebagai insan hanyalah berbuat dan berbuat dalam kapasitas sebagai khalifah dan hamba Allah. Ini merupakan konsekwensi dari predikat tercipta bukan pencipta. Jadi kita hanya patuh dan tunduk atas ketentuan pencipta. Dalam hal ini, Allah sebagai pencipta tunggal terhadap semua apa yang ada di bumi dan di langit. Allah berfirman: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."(QS. Al Baqarah: 30).



Kekacauan kehidupan insan di dunia ini telah diramalkan oleh malaikat. Dan fenomenanya telah sangat jelas sekarang ini. Akan tetapi, itu semua terserah manusia dalam perannya sebagai hamba dan khalifah. Al Qur’an telah menuntun agar insan dapat berperan maksimal dan baik di dalam kehidupan ini, sebagaimana yang telah diperankan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Baik buruknya kehidupan sangat ditentukan oleh peranan insan dalam mengelola peran kekhalifahannya. Kuncinya terletak pada karakter insan itu sendiri. Rasullah Saw. sebagai teladan umat Islam telah meninggalkan dua pedoman yang sangat berharga, yaitu al Qur’an dan al Hadits. Beliau menjamin kehidupan umat  akan selamat dunia dan akhirat kalau kedua hal tersebut sebagai barometer kehidupan.


Oleh karena itu, marilah sesama insan beragama saling membenahi diri masing-masing dalam pembentukan karakter yang ideal sebagai harapan kehidupan. Teristimewa bagi kita guru yang harus tampil sebagai teladan kehidupan. Momen Hardiknas 02 Mei 2012 ini, kita jadikan hari inrospeksi diri untuk meraih harapan yang lebih baik, apalagi di era reformasi sekarang ini yang merupakan momentum kebangkitan harapan bangsa untuk menggapai kehidupan yang lebih baik. Sejarah perjalanan kehidupan bangsa itulah “Persaudaraan Guru Sejahtera Indonesia (PGSI) “ lahir untuk turut berperan aktif  membangun bangsa, khususnya di bidang pendidikan dan keguruan. Termasuk kami di daerah Kabupaten Wajo, PGSI Alhamdulillah berdiri melalui pengukuhan pada tgl. 24 Oktober 2010 dan terdaftar di Kesbangpol, Nomor: 220/197/V/Kesbang/2010, pada tanggal 31 Mei 2010.

Pengukir sejarah peradaban kehidupan dari masa ke masa diperankan oleh insan-insan yang berkarakter. Karakter yang diharapkan adalah karakter yang melangit dan membumi, bukan karakter yang hanya membumi, sebagaimana yang telah kita lalui dari priode ke priode, yang senantiasa berakhir kepedihan dan pergolakan, sejak zaman penjajahan sampai zaman reformasi sekarang ini. Dengan demikian, izinkanlah saya paparkan beberapa karakter yang dapat kita renungkan bersama, yaitu sebagai berikut:


  1. Tauhid yang konsisten. Sebagai insan yang tercipta, dari tidak ada menjadi ada, kemudian tidak ada lagi, mengindikasikan bahwa kita lemah. Kita ada dan kuat kerena diadakan dan dikuatkan oleh pencipta. Itu suatu realita yang tidak dapat terbantahkan oleh siapapun dan di manapun adanya di dunia ini. Insan yang tidak proporsional dalam mengarungi kehidupan, cepat atau lambat, mereka akan mengalami kekacauan dan kehancuran. Ibaratnya alam semesta, matahari misalnya tidak akan berfungsi dengan baik kalau tidak mematuhi aturan edarnya. Demikian halnya manusia yang mencoba menyalahi aturan pencipta, akan mengalami kehancuran pula, di dunia dan di akhirat nanti. Jadi insan yang mau selamat adalah yang proporsional menempatkan dirinya sebagai hamba dan mengabdikan dirinya secara tunggal dan utuh secara berkesinambungan sampai menghembuskan nafas terakhir.

  2. Ibadah yang tulus dan murni. Telah jelas menurut al Qur’an, bahwa motivasi penciptaan manusia adalah untuk mengabdi kepada Allah (baca: QS. 51: 56). Manifestasi insan yang bertauhid adalah senantiasa beribadah secara tulus dan murni hanya kepada Allah semata. Semua sisi kehidupan dimaknainya dengan predikat ibadah, sebagiamana keteladanan Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Dzikir dan shalat senantiasa dilaksanakannya dengan baik sesuai tuntunan dan tuntutan yang telah dicontohkan dan ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Yang pasti semua tuntunan dan tuntutan ibadah senantiasa dilaksanakannya dengan baik secara tulus dan murni bagi insan yang bertauhid.

  3. 3.    Akhlak yang mulia. Akhlak positif dan negatif adalah merupakan pembawaan manusia. Tergantung kita manusia, yang positifkah mau dikemabangkan atau sebaliknya negatif. Allah hanya memberikan rambu-rambu di dalam al Qur’an dan keteladanan Rasulullah Muhammad Saw. Salah satu misi beliau adalah menyempurnakan akhlak manusia, dimana beliau bagaikan al Qur’an yang berjalan. Tuntunan al Qur’an (baca: QS. Al-Isra’: 23 – 37) telah jelas tentang akhlak dalam beragama, bernegara, bersosial, berekonomi, dan lain sebaagainya. Islam akan menuntun penganutnya untuk berakhlak yang benar dan mulia, dan terhindar dari akhlak kebinatangan sebagai penghancur peradaban kehidupan. Insan yang berakhlak mulia adalah manifestasi dari karakter ketauhidan dan peribadahan.

  4. Fisik yang kuat. Realita kehidupan dari masa ke masa, peranan insan dapat terlaksana dengan baik oleh insan-insan yang fisiknya kuat. Tuntutan hidup dan kehidupan ini mengharuskan demikian. Fenomena kehidupan dan alam semesta menuntut adanya gerakan-gerakan yang harus diperankan oleh fisik yang kuat. Dengan demikian, fisik yang lemah akan ketinggalan oleh laju tuntutan kehidupan itu sendiri. Makanya Rasulullah Saw. menegaskan bahwa mukmin yang kuat fisiknya lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah fisiknya. Karakter-karakter lainnya tidak dapat terlaksana pada insan yang lemah fisiknya.

  5. Wawasan yang luas. Ini terkait kemampuan dan keberhasilan manusia dalam mengembangkan potensi intelektualismenya dalam proses pembelajaran berbagai aspek garapan kehidupan. Baik aspek keagamaan maupun keduniaan. Keduanya disinergikan untuk dipahami dan dikembangkan, sebagaimana yang telah diperankan oleh Rasulullah Saw. beserta para sahabatnya, khususnya Khulafaur Rasyidin. Mereka semua berperan aktif secara menyeluruh dan utuh pada semua bidang kehidupan. Mulai kehidupan pribadi, keluarga, tetangga, sampai kehidupan Negara dan internasional. Tentu semua itu tidak dapat berjalan dengan baik, jika seandainya diperankan oleh insan yang tidak berwawasan luas.

  6. Ekonomi yang mapan dan mandiri. Realita kehidupan pula telah menegaskan bahwa pentingnya peranan ekonomi dalam kehidupan. Sejarah Kehidupan Islam dalam menggapai kejayaannya tidak terlepas dari kemapanan dan kemandirian ekonomi yang dimiliki oleh insan-insan teladan. Di dalam ajaran Islam, hal itu telah dipertegas pada rukun Islam ketiga tentang zakat dan penegasan Rasulullah Saw. bahwa “tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah”. Bersedekah lebih baik daripada menjadi pengemis. Penegasan beliau itu dicontohkan olehnya dan para sahabatnya yang memiliki kemapanan dan kemandirian ekonomi.

  7. Disiplin dalam keteraturan. Islam sangat menghendaki keteraturan dalam beramal, sehingga dipacu semangat kebiasaan ketepatan waktu dan keseriusan setiap melaksanakan kegiatan-kegiatan ritual ibadah dan muamalah. Mulai tidur sampai bangun dan tidur kembali, semua melalui proses kedisiplinan dalam keteraturan dengan disertai doa dan dzikir. Contoh kecil saja, masuk toilet dituntun dengan bacaan do’a dan aturan mendahulukan kaki kiri masuk dan kaki kanan keluar serta diiringi do’a lagi. Kedisiplinan dalam keteraturan merupakan syarat mutlak bagi insan pengukir sejarah peradaban.

  8. Pemanfaatan waktu secara efektif dan efisien. Waktu harus diperhatikan dan dimanfaatkan dengan baik. Jangan dibiarkan waktu pergi berlalu begitu saja tanpa makna ibadah dan pemanfaatan kehidupan. Akhirnya sering waktu dikambing hitamkan oleh insan yang gagal “tidak ada waktu”. Padahal penyebabnya bukan waktu, tetapi penyebabnya adalah ketedeloran dan sikap acuh tak acuh terhadap keberadaan waktu yang ada. Jadi waktu memang ibaratnya sebuah pedang yang akan berfungsi baik di tangan pengrajin dan malapetaka di tangan penjahat. Dengan demikian, benar apa yang difirmankan Allah (baca: QS. Al Ashr) dan yang disampaikan oleh Rasullah Saw. untuk diperhatikan lima hal sebelum datangnya pula lima hal. Ingat waktu hidup sebelum mati; kaya sebelum miskin; sehat sebelum sakit; muda sebelum tua; dan luang sebelum sempit. Kelima hal ini, seringkali kita terlena di saat menyenangkan sampai melupakan waktu kesusahan dan ketidak berdayaan. Oleh karena itu, pemanfaatan waktu yang efektif dan efisien harus senantiasa diperhatikan dengan seksama oleh insan yang berkarakter.

  9. Bersahaja dalam kehidupan. Kehidupan Insan berkarakter, akan terarah dan bertanggung jawab, seperti halnya sebuah mobil yang melaju di jalan tol dengan baik karena terkendali oleh konsentrasi sopir. Lain halnya insan yang tidak berkarakter, kehidupannya bagaikan binatang, atau bahkan lebih binatang daripada binatang. Kenapa demikian? Karena telah terkendali oleh hawa nafsunya. Obsesi kehidupannya telah membabi buta tanpa mengindahkan lagi rambu-rambu kebenaran. Lain halnya insan yang berkarakter akan bersahaja dalam kehidupannya. Kehidupannya tertata rapi dengan penuh kesedarhanaan. Kehidupan dunia tidak dipandangnya sebagai tujuan akhir, tetapi hanya sekedar tempat persinggahan mengumpulkan bekal untuk terus melanjutkan perjalanan sampai ke finis, yaitu surga Allah yang tidak ada tara keindahan dan kenikmatannya. Dunia bukan finis kehidupan sehingga harus dicapai kepuasan kenikmatannya dengan segala cara. Akan tetapi, kehidupan dunia dijalaninya dengan benar dan terarah yang bersahaja.

  10. Kepedulian. Karakter yang terakhir ini merupakan kesimpulan dari semua karakter yang ada. Kehidupan yang bermakna adalah kehidupan yang penuh kepedulian sesama. Keberlangsungan kehidupan karena adanya kebersamaan dan kepedulian sesama. Insan satu sama lain saling ketergantungan dan saling membutuhkan. Makanya,  kepedulian sesama adalah suatu keniscayaan kehidupan. Kepedulian merupakan syarat peradaban kehidupan yang harus terpatri pada setiap sikap insan berkarakter terhadap agama, mayarakat, bangsa, Negara, dan umat. Gambaran insan berkarakter telah disaabdakan Rasulullah Saw. bahwa: “Perumpamaan orang yang beriman (berkarakter)  itu seperti lebah, tidak makan kecuali yang baik dan tidak meletakkan kecuali yang baik”. (HR. Thabrani)


Itulah sepuluh karakter insan harapan kehidupan, yang telah diperankan insan-insan pengukir sejarah peradaban kehidupan dari masa ke masa. Mereka rata-rata berkarakter, sebagaimana gambaran uraian sepuluh karakter di atas. Hanya ada di antara mereka tidak memiliki secara keseluruhan karakter-karakter tersebut. Tetapi mereka di atas rata-rata karakter-karakter tersebut dimilikinya. Karena dari karakter pertama sampai karakter sepuluh, semuanya saling terkait satu sama lain. Perbedaan yang mungkin dapat terjadi di antara mereka adalah karakter-karakter dominan yang dimilikinya sesuai dengan pemahaman, perjuangan dan situasi kondisi kehidupannya masing-masing. Yang jelasnya, idealisme karakter pengukir sejarah peraban tidak terlepas dari sepuluh karakter di atas.

Menurut sejarah kehidupan dari masa ke masa, karakter-karakter tersebut terpatri di insan mana? Jawabannya menurut literatur sejarah yang tidak terbantahkan, ada di dalam al Qur’an, khususnya para nabi dan rasul Allah. Parade kerasulan tersebut, dimulai Nabi Adam as. sampai Muhammad Rasulullah Saw. Mereka semua adalah insan-insan pengukir sejarah peradaban pada zaamannya masing-masing. Mereka diasuh dan dibimbing oleh wahyu Ilahiyah untuk berkarakter yang benar sesuai beban amanah yang diembannya dari Allah, untuk menata zaman kehidupannya masing-masing.

Khusus umat Islam, insan yang berkarakter paling ideal adalah Muhammad Rasulullah Saw. Beliau adalah insan pilihan pada zamannya yang bergelar “al amin”. Kemudian belaiu dilantik oleh Allah sebagai utusannya setelah merenung (tahannuts) di gua Hira kurang lebih dua tahun lamanya. Dengan bimbingan al Qur’an dari Allah melalui Malaikat Jibril, beliaupun berhasil membina para sahabatnya, khususnya sepuluh sahabat yang mendapat jaminan penghuni surge. Mereka berhasil berkarakter dengan baik dengan predikat “Generasi Qur’ani”, yang telah mengukir sejarah peradaban pada kurun waktu tertentu.
Itulah uraian gambaran karakter insan harapan kehidupan yang patut kita miliki, khusunya kita guru dan berusaha maksimal membentuk insan-insan berkarakter. Dan senantiasa memperbaharui semangat demi semangat setiap hardiknas kita peringati. Bukan hanya sekedar memeriahkan hari pendidikan tersebut dengan hura-hura dan seremonial saja tanpa membangkitkan semangat pendidikan yang berbasis karakter. Sekali lagi, mari kita bangun insan berkarakter!

Tidak ada komentar:

POSTINGAN UNGGULAN

nnnnn

 nnnnn