OSIS bukan hanya organisasi formal, tetapi juga sarana bagi siswa untuk belajar berorganisasi, bekerja sama, dan bertanggung jawab
BUNGA RAMPAI KEHIDUPAN DALAM OBSESI SUKSES MULIA
OSIS bukan hanya organisasi formal, tetapi juga sarana bagi siswa untuk belajar berorganisasi, bekerja sama, dan bertanggung jawab
Angkatan 1989 dikenal sebagai generasi yang aktif, kreatif, dan solid. Dalam berbagai kegiatan — baik akademik maupun non-akademik — mereka turut memberi warna dan prestasi yang membanggakan sekolah. Banyak di antara mereka yang terlibat dalam organisasi OSIS, kegiatan seni, olahraga, serta ajang perlombaan ilmiah yang menjadikan nama SMA 5 semakin dikenal.
Kini, para alumni telah tersebar di berbagai penjuru negeri dan dunia, mengabdi dalam beragam profesi: sebagai pendidik, dokter, pengusaha, birokrat, politisi, hingga profesional di berbagai bidang. Namun, satu hal yang tak pernah berubah adalah rasa bangga dan cinta terhadap almamater tercinta.
Reuni dan pertemuan alumni menjadi momentum berharga untuk mempererat silaturahmi, mengenang masa lalu, serta berkontribusi nyata bagi kemajuan SMA Negeri 5 Makassar. Semangat kebersamaan, persaudaraan, dan solidaritas yang pernah tumbuh di bangku sekolah tetap hidup dan menyala dalam setiap langkah alumni angkatan 1989.
Oleh: Drs.H. Jufri Nur, M.Pd
Fake-fake ugi. Biasalah di
mamasyakat bugis apabila ingin merantau, atau menuntut imu di negeri orang.
Sebelum berangkat biasa pergi dulu ”berguru”ke orang-orang tua untuk diberi
bekal supaya bisa berhasil di rantau. Salah satunya adalah aplikasi empat sifat
sempurna dari sahabat Rasulullah, sulafa
eppa. Abu Bakkareng (Bakar) tettong rioloku, Ummareng (Umar) tettong
rimonrikku, Ali tettong riabioku, Usman tettong riataukku. Nasalipuri nurung
Muhammad barakka lailaha illallah. Pakai nak. Modala bokong tammawari.
Oleh: Jufri Nur
Sering kita lihat penulisan kata serangkai Bugis-Makassar seakan-akan Bugis sama dengan Makassar padahal dua suku ini berbeda jauh. Perbedaan paling menonjol adalah pada penggunaan Bahasa daerah. Suku Bugis dengan Bahasa Bugisnya dan suku Makassar dengan Bahasa Makassarnya. Ketika penutur asli Bugis berbicara menggunakan Bahasa Bugis yang tidak mengerti Bahasa Indonesia akan mengalami kesulitan jika lawan bicaranya orang Makassar yang juga tidak mengerti Bahasa Indonesia. Jadi penulisan Bugis Makassar adalah biasa asal jangan diasosiakan Bugis sama Makassar. Yang memiliki pemahaman yang sering keliru adalah orang dari luar Sulawesi Selatan. kita lihat ditelevisi sang pemandu ingin melihat acaranya glamor, meriah, dan bersahabat biasa menyapa dengan menggunakan kata “Apa kareba” ditujukan komunitas masyarakat Bugis. Tentu ini tepat karena kata “apa” bagi masyarakat Bugis tidak dikenal, yang benar “Aga kareba” Pemandunya ingin kelihatan akrab tapi keliru.
Pengguna Bahasa Bugis di Sulawesi Selatan ditemukan paling banyak di kabupaten Bone, Wajo, Sirap, Soppeng, Pinrang dan Pare-pare. Sedangkan pengguna Bahasa Makassar didominasi masyarakat yang berdomisili di kota Makassar, Gowa, Jeneponto,Takalar, Sebagian Maros dan sebagian pangkajene Kepulauan.
Selain Bahasa Bugis dan Bahasa Makassar masih ada Bahasa Daerah yang banyak penggunannya di Sulawesi Selatan, misalnya Bahasa Toraja di Toraja, Bahasa Konjo di Bulukumba. Yang paling unik di kabupaten Enrekang ditemukan tiga Bahasa Daerah (dalam satu kabupaten) yang berbeda, yakni Bahasa Daerah Maiwa di daerah Maiwa, Bahasa Enrekang yang penggunanya di kota Enrekang, dan Bahasa Duri didaerah perbatasan Enrekang Tator
Mudah-mudahan tulisan ini menjadi pencerahan terutama buat masyakat luar Sulawesi Selatan. Semoga
Oleh: Jufri Nur
Di Sulawesi Selatan, terdapat banyak suku dan memiliki budaya masing-masing. Ada suku Makassar yang mendiami Kota Makassar, Gowa, Takalar, Jeneponto sebagian Pangkep, sebagian Maros. Suku Mandar yang mendiami Polman, Polewali, dan Mamasa (sekarang masuk wilayah Sulawesi Barat). Suku Toraja yang mendiami Tanatoraja. Suku Bugis yang mendiami Kabupaten Bone, Sinjai, Wajo, Sidrap, Pinrang, Pare-pare dan Maros.
Budaya Bugis “sipakatau, sipakainge dan sipakalebbi”, merupakan budaya yang menjadi ciri khas paling menonjol, dan diterapkan di dalam kehidupan masyarakat Bugis. Ciri khas yang kedua suku Bugis kental dengan Bahasa Bugisnya, Bahasa Bugis menjadi salah satu pembeda dengan suku-suku lainnya.
Sipakatau, sipakainge dan sipakalebbi juga dapat diartikan sebagai landasan moral seseorang atau kelompok dalam berperilaku kepada orang lain. Budaya sipakatau, sipakainge dan sipakalebbi merupakan budaya suku Bugis yang memiliki pengaruh positif terhadap pembentukan kepribadian setiap individu.
Budaya sipakatau adalah budaya Bugis yang berarti "memanusiakan manusia" atau "memandang manusia sebagai manusia". Siapapun orangnya harus setara dengan sesama manusia lainnya. Dipandang sebagai manusia utuh. Ini mencerminkan sikap saling menghormati, saling menghargai, dan tidak membeda-bedakan antar sesama manusia. Tidak memandang suku, agama, ras, atau status sosial. Konsep ini menekankan pentingnya memperlakukan orang lain dengan adil, setara, dan penuh persaudaraan. Sipakatau berarti "saling memanusiakan" atau "membuat orang menjadi manusia". Ini berarti memperlakukan setiap orang sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya, harus dakui dan diperlakukan sebagai manusia dengan kesopanan, dan tanpa diskriminasi, serta mengakui persamaan hak dan kedudukan mereka sebagai manusia.
Sipakainge artinya saling “mengingatkan”. Kalau dalam berinteraksi antara satu indvidu atau kelompok ada yang lupa atau menyimpang dari kebiasaan maka akan ada orang yang mengingatkan dengan cara yang sopan. Jadi sipakainge tidak bisa berdiri sendiri. Antara budaya sipakatau dan sipakainge tidak bisa lepas satu sama lainnya. Sipakainge berjalan sesuai nilai sipakatau. Demikian pula sipakalebbi (saling memuliakan) tidak bisa jalan tanpa dilandasi budaya sipakatau dan sipakainge. Tiga nilai budaya ini saling kait mngait tidak bisa berdiri sendiri.
Sipakalebbi berarti saling memuliakan. Di masyarakat Bugis sipakalebbi adalah salah satu nilai yang sangat di junjung tiggi. Sipakalebbi tujuan akhir yang harus hadir dalam hidup dan kehidupan sehari-hari. Sipakalebbi berlndaskan budaya sipakatau dan sipakainge.
Guru Smaner |
Berikut adalah urutan materi pelajaran Ekonomi Kelas X Semester Ganjil berdasarkan Kurikulum Merdeka (disesuaikan dengan capaian pembelajaran dan struktur konten terbaru):
BAB 1: Konsep Dasar Ilmu Ekonomi
Subbab:
1. Pengertian Ilmu Ekonomi
2. Masalah Pokok Ekonomi: Kelangkaan dan Pilihan
3. Prinsip dan Motif Ekonomi
4. Tindakan Ekonomi dan Skala Prioritas
5. Ilmu Ekonomi sebagai Ilmu Sosial dan Terapan
BAB 2: Kegiatan Ekonomi dan Pelaku Ekonomi
Subbab:
1. Kegiatan Produksi, Distribusi, dan Konsumsi
2. Pelaku Ekonomi: Rumah Tangga, Perusahaan, dan Pemerintah
3. Interaksi Pelaku Ekonomi dalam Sistem Perekonomian
BAB 3: Permintaan, Penawaran, dan Harga Pasar
Subbab:
1. Pengertian dan Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
2. Pengertian dan Faktor yang Mempengaruhi Penawaran
3. Hukum Permintaan dan Penawaran
4. Keseimbangan Pasar (Equilibrium)
5. Elastisitas Permintaan dan Penawaran
BAB 4: Uang dan Sistem Pembayaran
Subbab:
1. Pengertian dan Fungsi Uang
2. Sejarah dan Jenis-Jenis Uang
3. Nilai Uang dan Syarat Uang
4. Sistem Pembayaran Tunai dan Nontunai
5. Perkembangan Alat Pembayaran Digital
BAB 5: Lembaga Jasa Keuangan
Subbab:
1. Pengertian dan Fungsi Lembaga Jasa Keuangan
2. Bank Sentral (Bank Indonesia): Fungsi dan Peran
3. Bank Umum dan BPR
4. Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
5. Inklusi dan Literasi Keuangan
Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional ke-41, SMA Negeri 7 Wajo menggelar kegiatan Senam Anak Indonesia Hebat pada hari Rabu, 23 Juli 2025. Kegiatan ini dilaksanakan di halaman sekolah dengan melibatkan seluruh siswa, guru, serta staf SMA Negeri 7 Wajo.
Kegiatan dimulai pukul 8.00 WITA dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya secara khidmat sebagai bentuk penghormatan terhadap tanah air. Setelah itu, seluruh peserta mengikuti doa bersama yang dipimpin oleh Wakasek Kesiswaan SMA Negeri 7 Wajo Bapak Drs.H. Amri Samad, M.M, sebagai wujud rasa syukur dan harapan bagi generasi muda Indonesia yang hebat dan berakhlak mulia.
Acara dilanjutkan dengan pelaksanaan Senam Anak Indonesia Hebat yang dipandu oleh guru olahraga dan tim pemandu senam sekolah. Senam ini dilaksanakan dengan penuh semangat, menggambarkan keceriaan, kekompakan, dan semangat para siswa dalam menyambut Hari Anak Nasional. Melalui gerakan senam yang energik dan menggembirakan, siswa diajak untuk hidup sehat, aktif, serta menumbuhkan rasa bangga menjadi anak Indonesia.
Tema Hari Anak Nasional tahun 2025 adalah "Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045". Tema ini sejalan dengan visi SMA Negeri 7 Wajo dalam mencetak generasi muda yang beriman, berilum dan berbudaya sera berwawasan lingkungan hidup. tangguh, berkarakter, serta siap berkontribusi dalam membangun masa depan bangsa.
Kegiatan ini menjadi salah satu bentuk kepedulian sekolah terhadap pentingnya momentum Hari Anak Nasional sebagai upaya mengingatkan seluruh elemen masyarakat akan hak-hak, perlindungan, serta peran penting anak dalam kemajuan bangsa.
Dengan penuh semangat, kegiatan Senam Anak Indonesia Hebat di SMA Negeri 7 Wajo berlangsung lancar, tertib, dan penuh makna. Harapannya, semangat dan nilai-nilai yang tertanam dalam peringatan ini dapat terus menginspirasi para siswa menjadi anak-anak hebat yang akan menguatkan Indonesia menuju Indonesia Emas 2045.