Selasa, 16 September 2025

Maulid Nabi sebagai Inspirasi Integritas Moral: Perspektif Pendidikan

Oleh: Muhammad Syafri
           MALE KOPERASI SISWA
Krisis integritas di dunia pendidikan menjadi salah satu tantangan besar pada era modern sekarang ini.

Kasus-kasus manipulasi, korupsi, plagiarisme, hingga praktik tidak jujur dalam ujian menunjukkan adanya pelemahan nilai moral di kalangan pelajar, pendidik maupun lainnya.

Kondisi ini memperlihatkan bahwa pendidikan yang hanya berfokus pada aspek kognitif tidak cukup untuk membangun generasi yang berkarakter. 

Halstead (2007) dalam bukunya *Islamic Value: A Distintive Framework for Moral Education?* yang dipublish di Journal of Moral Education, menekankan bahwa pendidikan moral tidak dapat dipisahkan dari dimensi nilai yang mendasarinya, sebab tanpa integritas, pengetahuan yang diperoleh hanya akan menjadi alat yang berpotensi disalahgunakan. 

Dalam konteks ini, perayaan Maulid Nabi dapat menjadi momentum penting untuk merefleksikan kembali bagaimana integritas moral harus diposisikan sebagai fondasi utama dalam pendidikan.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad Shollallaahu ‘Alaihi Wasallam tidak sekadar ritual seremonial, melainkan ruang refleksi atas keteladanan Rasulullah dalam membangun integritas moral yang menjadi dasar pendidikan. 

Rasulullah dikenal sebagai *al-Amin*, gelar yang menunjukkan kepercayaan dan integritas beliau dalam kehidupan sosial. 

Integritas ini penting untuk ditanamkan dalam pendidikan modern, di mana peserta didik tidak hanya dituntut cerdas secara intelektual, tetapi juga berkarakter kuat. 

Al-Attas (1993), dalam bukunya, *Islamic and Secularism* yang diterbitkan di Kuala Lumpur menegaskan bahwa pendidikan dalam Islam bukan hanya transfer ilmu pengetahuan, melainkan juga penanaman adab dan akhlak, yang berakar dari keteladanan Rasulullah. 

Lebih lanjut, Halstead (2007) menegaskan bahwa nilai-nilai Islam menawarkan kerangka moral yang khas dalam pendidikan, yang menempatkan kejujuran, tanggung jawab, dan keteladanan sebagai aspek utama.

Dalam konteks pendidikan, Maulid Nabi mengingatkan bahwa nilai-nilai kejujuran, amanah, dan tanggung jawab harus menjadi inti dari seluruh perangkat kurikulum, bukan sekadar pelengkap. 

Rasulullah telah menunjukkan bahwa moralitas adalah fondasi peradaban. 

Di sisi lain, Nasution (2010) dalam bukunya *Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran* menegaskan bahwa pendidikan Islam harus diarahkan pada pembentukan manusia seutuhnya, yakni insan yang berilmu, beriman, dan berakhlak. 

Hal ini sejalan dengan pandangan Zine (2008) yang melihat bahwa integrasi nilai keagamaan dalam pendidikan multikultural dapat memperkuat karakter peserta didik dalam menghadapi tantangan global, tanpa kehilangan identitas moral dan spiritual. 

Dengan demikian, perayaan Maulid dapat menjadi momentum untuk mengintegrasikan nilai integritas ke dalam pembelajaran yang lebih bermakna.

Integritas moral juga berhubungan dengan keadilan dan konsistensi dalam berperilaku. Rasulullah memberikan teladan bagaimana seorang pendidik harus menyampaikan ilmu dengan kejujuran, tidak menyembunyikan kebenaran, dan tidak memanipulasi pengetahuan demi kepentingan tertentu. 

Bahkan Tilaar (2004) lebih jauh menyatakan bahwa krisis pendidikan di Indonesia banyak terkait dengan lemahnya nilai integritas, sehingga perbaikan kualitas pendidikan harus menyentuh aspek moral dan spiritual. 

Dalam konteks yang lebih luas, Halstead (2007) kembali menambahkan bahwa pendidikan moral Islam mengajarkan keseimbangan antara dimensi kognitif dan afektif, sehingga peserta didik tidak hanya menguasai ilmu tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai luhur.

Peringatan Maulid juga membuka ruang untuk menanamkan kesadaran bahwa integritas tidak hanya bersifat individual, tetapi juga kolektif. 

Rasulullah mencontohkan pentingnya membangun masyarakat dan seluruh stakeholder yang berlandaskan keadilan, kejujuran, dan kepedulian sosial. 

Hal ini sejalan dengan pandangan Nata (2012) yang menekankan bahwa pendidikan Islam harus mampu melahirkan generasi yang berakhlak mulia serta berperan aktif dalam membangun kehidupan sosial yang harmonis. 

Sebagai tambahan, Zine (2008) juga menambahkan bahwa pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai agama dapat memperkuat solidaritas sosial sekaligus menghindarkan masyarakat dari krisis moral yang semakin kompleks.

Dengan demikian, Maulid Nabi tidak sekadar mengingatkan umat Islam akan kelahiran seorang rasul, tetapi juga menjadi sumber inspirasi untuk memperkuat integritas moral dalam dunia pendidikan. 

Keteladanan Rasulullah menjadi bukti bahwa integritas adalah fondasi keberhasilan, baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial. 

Pendidikan yang meneladani akhlak Nabi akan melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas intelektual, tetapi juga tangguh dalam moral dan spiritual. 

Dengan demikian, Maulid Nabi memiliki relevansi yang besar dalam membangun sistem pendidikan yang berkarakter, berkeadilan, dan berorientasi pada rahmat bagi semesta alam.


Tidak ada komentar:

ABIOGRAFI NURDIN

ABIOGRAFI NURDIN
Klik Aja!

POSTINGAN UNGGULAN

"Quotes of the day" Pembina SMA 7 Wajo