Oleh Nurdin M, S.Pd
Dampak
plastik terhadap lingkungan merupakan akibat negatif yang harus
ditanggung alam karena keberadaan sampah plastik. Dampak ini ternyata
sangat signifikan. Sebagaimana yang diketahui, plastik yang mulai
digunakan sekitar 50 tahun yang silam, kini telah menjadi barang yang
tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Diperkirakan ada 500 juta
sampai 1 milyar kantong plastik digunakan penduduk dunia dalam satu
tahun. Ini berarti ada sekitar 1 juta kantong plastik per menit. Untuk
membuatnya, diperlukan 12 juta barel minyak per tahun, dan 14 juta pohon
ditebang.
Konsumsi
berlebih terhadap plastik, pun mengakibatkan jumlah sampah plastik yang
besar. Karena bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki
sifat sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik
diperkirakan membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat
terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Sampah kantong plastik dapat
mencemari tanah, air, laut, bahkan udara.
Kantong plastik terbuat dari penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene.
Minyak, gas dan batu bara mentah adalah sumber daya alam yang tak dapat
diperbarui. Semakin banyak penggunaan palstik berarti semakin cepat
menghabiskan sumber daya alam tersebut.
Fakta tentang bahan pembuat plastik, (umumnya polimer polivinil) terbuat dari polychlorinated biphenyl (PCB)
yang mempunyai struktur mirip DDT. Serta kantong plastik yang sulit
untuk diurai oleh tanah hingga membutuhkan waktu antara 100 hingga 500
tahun.
Untuk
menanggulangi sampah plastik beberapa pihak mencoba untuk membakarnya.
Tetapi proses pembakaran yang kurang sempurna dan tidak mengurai
partikel-partikel plastik dengan sempurna maka akan menjadi dioksin di
udara. Bila manusia menghirup dioksin ini manusia akan rentan
terhadap berbagai penyakit di antaranya kanker, gangguan sistem syaraf,
hepatitis, pembengkakan hati, dan gejala depresi.
Kita
memang tidak mungkin bisa menghapuskan penggunaan kantong plastik 100%,
tetapi yang paling memungkinkan adalah dengan memakai ulang plastik (reuse), mengurangi pemakaian plastik (reduce), dan mendaur ulang (recycle). Terakhir, mungkin perlu regulasi dari pemerintah untuk meredam semakin meningkatnya penggunaan plastik.
Bahaya
sampah plastik yang mencemari lingkungan sudah sangat mengkhawatirkan.
Sebagai masyarakat, kita perlu turut andil dalam mengurangi pencemaran
akibat sampah plastik ini. Bukan hanya orang dewasa saja, anak-anak juga
harus memiliki kesadaran bijak plastik sejak dini untuk membantu
mengurangi dampak sampah plastik.
Mengajarkan
anak-anak untuk bijak plastik tidak hanya bisa dilakukan di rumah. Aksi
mengurangi dampak sampah plastik juga bisa dilakukan anak-anak di
lingkungan sekolah. Ajak anak menjadi pelopor kesadaran bijak plastik di
sekolah dengan 8 aksi sederhana ini,
SMA 7 WAJO SEBAGAI TEMPAT UNTUK PEDULI GERAKAN MENGURANGI SAMPAH PELASTIK
SMA 7 Wajo
sebagai sekolah dengan jumlah siswa sekitar 1000 lebih siswa tentu akan
membutuhkan makan minum di sekolah selama waktu belajar sampai sore
hari. Makanan dan minuman siswa itu membawa sendiri dari rumah
masing-masing, sebagian pula membelinya di koperasi siswa atau di kantin
sekolah.
Beberapa siswa SMA 7 Wajo
yang sempat diinterview terkait dengan penggunaan air
minum kemasan gelas dan botol. 1 siswa menggunakan minimal 4 gelas air
kemasan pelastik (250 ml) dan 1 botol kemasan plastik (600 ml). Jumlah
penggunaan air kemasan pelastik dengan jumlah siswa SMA 7 Wajo
yang cukup besar tentu akan menghasilkan volume sampah plastik yang
menjadi masalah, baik tentang kuantitas sampah maupun tentang turunnya
kualitas pelestarian lingkungan hidup sekolah.
Sampah
dan kebersihan sekolah selalu menjadi masalah serius. Hal inilah, perlu
adanya manajemen khusus menanganinya. Tidak cukup dengan adanya petugas
kebersihan yang memang ditugasi membersihkan lingkungan sekolah di luar
kelas. Dan dana untuk itu berbilang cukup besar, untuk balas jasa pemilik faktor produksi (tenaga kerja) itu.
Dengan perkiraan jumlah kasar sampah yang dihasilkan siswa SMA 7 Wajo.
Air gelas kemasan 4 gelas X 950 = 3800 gelas sampah plastik air gelas kemasan.
Ini
baru 1 jenis (minuman air putih) yang memang primer dikonsumsi. Belum
yang bentuknya makanan yang juga termasuk kebutuhan primer selama siswa
selama berada di sekolah. Kalau kita akumulasi sampah plastik minuman
dan makanan tentu lebih banyak lagi jumlahnya. Sehingga masalah sampah
plastik di SMA 7 Wajo selalu menjadi masalah yang tak pernah tuntas.
Dengan kondisi seperti di atas warga sekolah mencari upaya dan solusi untuk mengatasi problem sampah di SMA 7 Wajo, yang pernah meraih sekolah "Adiwiyata Mandiri Nasional" tahun 2014. Upaya yang akan dilakukan dengan cara :
- Medisiplinkan siswa menjaaga kebersihan dalam dan di depan kelasnya masing-masing (lazim)
- Mendisplinkan petugas kebersihan sekolah (cleaning servis), membersihkan lokasinya yang telah ditentukan (lazim)
- Menghimbau kepada warga sekolah untuk membiasakan membawa botol isi ulang dari rumah masing-masing (baru)
- Mengurangi konsumsi air minum dan makanan kemasan plastik.
- Menghinadari penggunaan pipet plastik, sebainya gunakan pipet pakai ulang (steenlis) (baru)
Stasiun Air Isi Ulang Untuk Minum, Solusi Untuk Mengurangi Sampah Air Minum Kemasan di SMA 7 Wajo.
Kebiasaan
membawa botol air minum sendiri nampaknya sudah mulai dilupakan oleh
siswa-siswi saat ini. Mereka cenderung memilih membeli minuman di kantin
atau warung yang ada di sekitar sekolah.
Dari
pihak sekolah untuk menata dan menetapkan aturan sangat diharapkan
sebagai penentu kebijakan yang didukung oleh stake holder sekolah. Ini
terkait bagaimana sekolah bisa mengatasi masalah sampah plastik
Untuk
mengurangi dampak sampah plastik, alangkah lebih baik jika setiap
sekolah menghimbau koperasi siswa dan kantin sekolah untuk menjual
air melalui stasiun air isi ulang untuk minum siswa-siswinya. Pihak
sekolah juga menghimbau para siswa dan pembina untuk membawa botol air
minum sendiri untuk diisi ulang di stasiun isi ulang air yang ada di
sekolah.
(Nurdin M.S Sengkang, 20 Oktober 2019)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar