Banyak siswa SMA negeri, terutama yang sekolahnya di Jakarta, sebal sama
pihak sekolah karena kerap dilarang jualan di sekolah karena itu
dianggap sebagai tindakan pungutan liar (tidak ada aturannya). Padahal,
mereka butuh nyari dana tambahan untuk pensi atau acara-acara sekolah
lainnya.

“Di sekolah gue kalau mau nyari dana mesti ngumpet-ngumpet. Soalnya
dilarang sama sekolah. Mau nyari sponsor pun izinya selalu dihambat,”
cerita Quina dari SMAN 47 Jakarta.
“Gue suka kasian sama anak ekskul yang mau nyari dana tapi kudu
kabur-kaburan gitu tiap ada guru, biar dagangannya aman,” kata Fahni
dari SMAN 100 Jakarta.
Yap, pihak sekolah emang sensitif banget sama isu pencarian dana dengan
berjualan itu. Bahkan, ada loh sebuah sekolah negeri di Jakarta yang
sampe dapet teguran dari pihak Dinas Pendidikan karena panitia pensi
nyari dana dengan cara berjualan. Dampaknya, persiapan pensi sekolah
dibatalkan. Kepala Sekolah terancam jabatannya jika persiapan
diteruskan.
Menteri Dukung Siswa
Masalah ini HAI sampaikan ke Pak Mendikbud, Muhadjir Effendy. Ternyata
isu ini juga udah beberapa kali ia dengar. Menurutnya, memang wajar jika
sekolah takut, karena memang ada kebijakan sekolah yang nggak
memperbolehkan siswa dipungut biaya apapun lagi. Tapi, sekarang ia
merevisi kebijakan tersebut.
“Sekarang saya jamin, sekolah yang mencari dana sendiri nggak akan
diberi sanksi,” kata beliau saat ngobrol dengan HAI di ruangannya di
gedung A Kemendikbud, Selasa (04/10) kemarin.
Mendengar cerita bahwa banyak siswa SMA yang berjualan di sekolah tapi
dilarang pun pak Muhadjir heran. Menurutnya, itu adalah bagian dari
pelajaran
“Jualan di sekolah, kenapa nggak. Itu kan bagian dari wirausaha. Saya
izinkan. Peraturan menteri sedang digodok. Tapi sebelum peraturan
menteri turun pun nggak apa-apa. Kalau dulu sekolah diancam dana BOS
akan dicabut (jika ada pungutan lainnya), maka ancaman itu saya cabut.
Sekarang dipersilahkan,” lanjut pak Muhadjir.
Larangan mencari dana secara mandiri perlu dicabut karena menurut beliau
itu akan membuat sekolah berlomba-lomba dalam bikin acara dan program
yang sifatnya positif.
“Masing-masing siswa jadi bisa menonjolkan keunggulannya. Jadi, sekolah
ada yang unggul di drum band, misalnya. Atau di tari Saman. Nantinya
sekolah punya branding-nya sendiri-sendiri, nggak seragam. Baju memang
mesti seragam, tapi identitasnya nggak. Mereka harus punya kebanggaannya
sendiri-sendiri,” papar pak Muhadjir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar