Apakah benar anak menjadi baik karena sering dinasihati? Atau justru karena mereka melihat teladan yang konsisten? Pertanyaan ini mengguncang banyak keyakinan lama tentang cara mendidik. Orang tua sering merasa tugasnya adalah menasihati, menegur, dan memberi arahan, padahal anak belajar jauh lebih banyak dari apa yang dilihat ketimbang apa yang didengar. Dalam dunia pendidikan modern, ini disebut *modeling effect*, sebuah prinsip yang menunjukkan bahwa perilaku anak adalah cermin dari kebiasaan orang tua.
Sabtu, 29 November 2025
Orang Tua dan Guru: Harus Memahami Mesin Kecerdasan Anak
Kalimat itu menampar keras banyak orang tua dan guru yang frustrasi dengan anak-anak muda hari ini. Tapi mari jujur: apakah benar mereka yang berubah, atau kita yang berhenti belajar? Fakta menariknya, riset Harvard University tahun 2022 menemukan bahwa gaya pengasuhan otoriter justru memperburuk kemampuan komunikasi dan empati anak modern, karena tidak selaras dengan cara berpikir digital-native yang tumbuh dalam kebebasan berekspresi. Maka pertanyaannya: apakah benar mereka “susah diatur”, atau hanya tak lagi cocok diatur dengan pola lama?
Minggu, 23 November 2025
MELATIH OTAK
Ada yang menarik dari otak manusia: ia bisa berpikir jernih, tapi juga mudah terbakar oleh emosi. Semakin tinggi sensitivitas tanpa diimbangi kesadaran, semakin rapuh kemampuan berpikir. Dalam riset yang dilakukan oleh Daniel Goleman, pakar emotional intelligence dari Harvard, ditemukan bahwa 80% keberhasilan seseorang ditentukan bukan oleh IQ, tetapi oleh kemampuan mengelola emosi. Artinya, seberapa kuat otakmu bukan diukur dari hafalan dan logika, tapi dari seberapa stabil kamu saat dunia menekanmu dari segala arah.
Minggu, 09 November 2025
Selasa, 04 November 2025
Profil Guru Intuiting SMA Negeri 7 Wajo: Guru dan Jurnalis Edukasi
Di tengah perkembangan zaman yang serba digital, lahirlah sosok inspiratif dari SMA Negeri 7 Wajo yang tak hanya berperan sebagai pendidik, tetapi juga sebagai jurnalis edukasi. Ia adalah seorang guru yang memadukan dua dunia—pendidikan dan jurnalistik—dalam satu semangat: mendidik dengan karya dan menginspirasi lewat informasi.
Sebagai guru ekonomi, ia dikenal dekat dengan siswa, kreatif dalam mengajar, dan senantiasa mengaitkan teori dengan realitas kehidupan. Baginya, pembelajaran bukan sekadar ruang kelas, tetapi juga ruang kehidupan yang menuntut kepekaan, kolaborasi, dan semangat berkarya. Melalui pendekatan deep learning, ia membimbing siswa untuk berpikir kritis, memahami konsep, serta mampu menerapkannya dalam konteks nyata.
Di sisi lain, sebagai jurnalis edukasi, ia aktif menulis berita, liputan, dan narasi positif seputar kegiatan sekolah, dunia pendidikan, serta isu-isu literasi digital. Setiap tulisan dan liputan yang dihasilkannya menjadi cerminan semangat untuk menebarkan nilai-nilai pendidikan yang mencerahkan. Ia percaya bahwa jurnalisme bukan sekadar menyampaikan fakta, tetapi juga menjadi alat edukasi yang menumbuhkan kesadaran dan apresiasi terhadap dunia belajar.
Melalui kamera dan pena, ia mendokumentasikan perjalanan SMA Negeri 7 Wajo—mulai dari kegiatan siswa, prestasi guru, hingga berbagai inovasi sekolah. Karya-karyanya di bidang jurnalistik pendidikan menjadi bagian dari upaya membangun citra positif sekolah serta memperkuat budaya literasi di kalangan guru dan pelajar.
Dengan semangat “Guru Smanet Sukses Mulia”, ia terus berkomitmen menjadi pendidik yang adaptif, kreatif, dan inspiratif. Sosok ini menunjukkan bahwa seorang guru bukan hanya pengajar, tetapi juga penggerak perubahan—yang menulis, merekam, dan menebar kebaikan lewat karya edukatif.
Langganan:
Komentar (Atom)